Selasa, 01 Januari 2013

Mengampuni,...perlukah itu?


Pada hakekatnya manusia diciptakan oleh Tuhan, bukan hanya sebagai makhluk pribadi saja, melainkan juga sebagai makhluk sosial. Artinya manusia membutuhkan manusia lain untuk tumbuh kembangnya. Oleh karena itu seseorang perlu memelihara hubungan antar pribadi dengan orang lain.

Untuk memelihara hubungan antar pribadi tidaklah mudah karena satu dengan lainnya dapat terjadi "gesekan" yang dapat melukai hati, entah itu dalam keluarga maupun di luar keluarga.

Kesediaan untuk mengampuni sangatlah penting untuk memelihara atau merekatkan hubungan antar pribadi maupun hubungan antar kelompok.

Arti mengampuni

Dicaci maki oleh orang lain, ditipu, diperlakukan tidak adil, difitnah, tidak dipercaya, dapat membuat hati seseorang terluka. Orang yang dilukai itu akan menjadi marah, frustasi dan sakit. Perlakuan-perlakuan itu dapat berkembang dalam pikirannya dan dapat terus mencengkeram kuat-kuat sehingga dia tidak dapat melupakannya. Hal ini dapat memunculkan rasa balas dendam, berlaku jahat kepada orang yang tepah melukai hatinya.

Oleh karena itu, secara psikologis, mengampuni adalah proses menurunnya motivasi membalas dendam dan tetap memelihara interaksi dengan orang yang telah menyakitinya, sehingga cenderung mencegah seseorang berespons destruktif dan mendorongnya bertingkah laku konstruktif dalam hubungan sosialnya.

Mengampuni mencakup 2 hal yaitu: keputusan untuk mengampuni dan pengampunan secara emosi. Maksud keputusan untuk mengampuni, yaitu orang yang dilukai memutuskan untuk tidak membalas dendam atau menghindarinya, tetapi ia membebaskan orang yang melukainya dari utangnya. Ia bertindak seperti sebelum terjadi kesalahan atau peristiwa yang melukai hatinya.

Dalam pengampunan secara emosi, yang dilukai mengubah emosi yang negatif menjadi positif; seluruh orientasi emosinya juga berubah.

Perubahan itu harus dapat dilihat dan dirasakan melalui tingkah laku, ekspresi wajah, ucapan, bahasa tubuh dan sikapnya dalam kehidupan sehari-hari oleh orang yang telah melukainya.

Rekonsiliasi berbeda dengan pengampunan

Pengampunan dan rekonsiliasi merupakan dua proses yang berlainan. Orang yang dilukai dapat memberi pengampunan tanpa campur tangan atau permintaan maaf dari orang yang melukainya. Tetapi untuk rekonsiliasi, kedua belah pihak perlu ada komitmen untuk bekerja sama. Pengampunan berjalan satu arah, sedangkan rekonsiliasi dua arah. Rekonsiliasi sifatnya bersyarat, dalam arti tingkah laku orang yang melukainya harus berubah terlebih dahulu, sedangkan mengampuni bukan demikian.

Manfaat pengampunan

Banyak sekali hasil riset menunjukkan manfaat pengampunan, antara lain: a) berkurangnya: depresi, kemarahan, dan tindakan kekerasan, b) berkurangnya: rasa sakit punggung, sulit tidur, sakit kepala, sakit perut, c) berkurangnya berbagai kecanduan, d) meningkatkan harapan, harga diri, e) memutus siklus luka batin dan menghindari kriminalitas, f) meningkatkan hubungan dan perasaan cinta kasih.

Jelas terlihat begitu banyak manfaat pengampunan, tetapi mengapa pengampunan begitu sulit dan jarang dilakukan? Bisa jadi itu terjadi, salah satunya adalah karena masih banyak orang yang "terikat" dengan peristiwa masa lalu yang menyakitkan hatinya.

Mungkinkah melupakan masa lalu?

Manusia ada di dalam suatu kontinum; masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu, kita mempunyai daya ingat, sekalipun kita berusaha melupakan pengalaman-pengalaman di masa lalu, pada hakekatnya tidak terlupakan secara mutlak. Kita akan menekan hal-hal yang tidak sesuai ke dalam bawah sadar kita. Pada saat-saat tertentu apabila ada stimulus atau rangsangan dari luar, itu bisa muncul kembali. Jika seperti itu memang pantas bila ada orang yang mengatakan bahwa "pengampunan" itu mustahil. Sebab bagaimana mungkin melupakan penghinaan, fitnah, pengkhianatan, penganiayaan, yang pernah kita alami? luka di kulit akan mengering, tetapi luka di hati?

remember and forgive. "Ingat dan ampuni". Pengampunan sejati justru berawal dari ingatan yang jelas akan getirnya rasa kecewa, pedihnya dikhianati, pedihnya difitnah, pedihnya dibohongi berkali-kali, pedihnya disakiti.

Getri, pedih, dan sakit hati itu tidak akan terlupakan. Namun demikian, kita harus bersedia mengampuninya. Begitulah pengampunan.

Di tengah penderitaan jasmaniah dan batiniah-Nya yang sangat luar biasa di atas kayu salib, Tuhan Yesus pernah menolak minuman yang seharusnya akan dapat sedikit menjadi penawar rasa sakitnya. Dengan itu, Dia menunjukkan, betapa Dia mau dengan sadar merasakan penderitaan-penderitaan-Nya detik demi detik. Dia mau mendengar rintihan-Nya sendiri detik demi detik pula. Tetapi apa doa-Nya? "Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". Itulah sakitnya mengampuni! Mengingat,...namun mengampuni.

Marilah mendamai-kan batin kita sendiri !!!

Bila hati kita terluka karena perbuatan seseorang dan kita tidak bersedia mengampuninya, maka kita akan merasa tidak bahagia. Seolah-olah dalam diri kita ada beban yang menghalangi kita untuk menikmati kedamaian batin, karena batin kita hanya terbelenggu pada orang yang melukai hati kita. Dalam situasi demikian kita tidak dapat berdoa dengan khidmat, tidak dapat fokus pada pekerjaan kita, dhus,.. energy kita habis untuk sesuatu yang sia-sia saja.

Mata ganti mata, gigi ganti gigi, hanya akan membuat daftar sakit hati semakin panjang dan tak berujung, bahkan dalam beberapa kasus justru sakit hati dan kebencian diturunkan kepada generasi berikutnya.

Apakah kita ingin memiliki kedamaian batin? Pilihan kita jelas, yakni mengampuni atau tidak. Bila kita benar-benar ingin sembuh, memperoleh kembali kedamaian batin kita, maka mengampuni merupakan jalan satu-satunya, karena itulah jalan Kristus. Kita sering bicara tentang Kasih, Unconditional Love, tetapi sangat jarang kita bicara tentang pengampunan, walaupun pengampunan adalah bagian dari Kasih itu sendiri.

MArilah kita perbaiki relasi dalam berjemaat dan dalam bergereja dengan pengampunan, walaupun itu mungkin sangat sulit. Tetapi kita punya Tuhan, kita mohon Roh Kudus melawat hati kita, sehingga kita senantiasa dimampukan.


(Litbang - P.J.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar